Tuesday, February 21, 2006

Rostov na Donu

KABUT PUTIH LAUT HITAM
SEUNTAI KISAH DARI ROSTOV NA DONU


Assalamu alaikum wr. wb.
Bada tahmid wa sholawat,

Seperti yang telah kujanjikan kepada kalian
bahwa kan kutuliskan sebuah laporan perjalanan
kisah pengembaraanku sendiri di negeri sepi
yang selalu diselimuti dingin tak terperi

Inilah awal petualanganku di Rusia
menjelajah sudut negeri hingga pelosok desa
ke arah selatan baru saja ku melayat
Rastov Na Donu, kota yang perlu kau ingat

Perlu kusampaikan tujuanku anjangsana
tak lain karena Rahman sahabatku kuliah di sana
seorang diri sebagai mahasiswa Indonesia
menggeluti kedokteran yang memerah tenaganya

Perjalanan dimulai pukul 18.00 di Hari Raya Ied
di tengah turun salju yang memerahkan kulit
dengan kereta di stasiun Kazanski gerbong lima
terharu hati dilepas Baudin sahabat Chechnya

Perjalan kereta yang sesungguhnya nyaman
dengan Sirah Nabawi Ramadhan Al-Buthi sebagai teman
sedikit kegusaran dengan orang Rusia satu kompartemen
selalu mengajakku meneguk vodka dan sampanye

Esok hari pukul 11.00 tiba di stasiun Rastov na Donu
suhu 5°C dan gerimis, riang menyambutku
sahabatku Rahman tak tampak menunggu di situ
e-mail tidak dibacanya lebih dari seminggu

Saat sore hari bertemu di institut kedokteran
ia terperanjat surprise di luar dugaan
musim ujian kali ini membuatnya amat sibuk
hingga lupa bahwa kuberjanji kan datang menjenguk

Rastov, sebuah kota pelabuhan di timur laut hitam
jalur perdagangan Rusia terbesar di selatan
berbagai komoditi dari Kaukasus, Timur Tengah, dan Eropa
bersandar di pelabuhan Rastov untuk masuk ke Rusia

Sebagaimana pedagang kelontong dan buah-buahan di Moskwa
orang-orang selatan mendominasi penjual di sana
Ingusetia, Chechnya, Tajik, Tatar, dan Kazakhtan
ditambah imigran dari Korea dan Vietnam

Suasana kota yang penuh hiruk pikuk manusia
berbeda rasa dengan ketenangan di pelosok jerevnya
dengan tramwai kurasakan nuansa kontras kehidupan
kota yang dinamis dan desa yang seakan stagnan

Orang-orang asing yang banyak hilir mudik
adalah mahasiswa yang menimba ilmu di sini
kelak mereka menjadi kader-kader terdidik
yang ditunggu baktinya oleh ibu pertiwi

Pun Rahman sahabatku nan akrab
tak putus-putus kukatakan padanya tentang tanggungjawab
bahwa kelak nasib masa depan negara dan umat
kan beralih dalam genggaman dan terhasung di pundak

Dari mereka yang kukenal di hari pertama
Flora dan Marina dua gadis siprus teman sahabatku
Juga Sharleen gadis energik CostaRica
berkat bantuan merekalah dengan Rahman kubertemu

Perkara tinggal adalah agenda pertama yang harus kutuntaskan
karena di asrama mahasiswa selain penghuni tidak diperkenankan
dengan Rahman kejajagi Ibis dan Inturis Hotel
namun sambutan mereka sepadan ungkapan: Go to hell!

Rahman amat kesal dengan tudingan berprilaku bejad
oleh pengurus hotel yang menganggap sama mahasiswa setempat
dianggapnya ia seperti yang lain suka melacur
lantas tak bertanggungjawab gadis Rusia ditinggal kabur

Ada tatap tak bersahabat dan sinis kebencian
terhadap orang asing yang dianggap penabur kejahatan
padahal tak bisa begitu saja disamakan
warna kulit dengan perilaku keseharian

Sayapun bermalam di rumah seorang teman
memohon maaf mengganggunya semalam
dan esok pengembaraan kan kulanjutkan
keliling kota mengenal Rastov lebih dalam

Pagi hari tatkala munajatku selesai terpanjat
kuberkemas menentukan perjalananku hari ini
Rahman mengingatkan bahwa hari ini adalah jumat
kita bersama ke masjid pukul satu siang nanti

Dan langkahku menyusur Sadovaya hingga Vorosilovski
berujung jembatan besar di atas sungai Don
burung-burung merpati dan gagak yang riang bernyanyi
meningkahi keheningan pagi yang nikmat kutonton

Siang hari saat sholat jumat hendak dihelat
aku menunggu hingga kantuk menidurkan
dan bergegas kemudian kami berangkat
sebuah masjid kecil tersembunyi yang aku temukan

Sholat jumat telah setengah jam yang lalu berakhir
sahabatku mengatakannya tanpa merasa bersalah
senyumnya menghiburku agar jangan khawatir
karena ada sessi kedua sholat jumat berjamaah

Pukul dua siang jamaah mahasiswa berdatangan
dan 15 menit kemudian khutbah mulai disampaikan
seorang mahasiswa Saudi menjadi khatib kali ini
ucapannya tegas dan uraiannya memikat hati

Ia menggambarkan seorang muslim yang tegar dalam ujian
laksana karang kokoh diterjang ombak lautan
sejuta maksiyat yang bertebaran menggoda iman
adalah syetan pembangkang yang bergentayangan

Muslim sejati sadar akan arus ghazwul fikri
dalam bungkus apapun dikemas harus diwaspadai
adat kebiasaan sering ditunggangi bahaya ini
sudah sepatutnya kita selalu berhati-hati

Sebentar lagi perayaan tahun baru meruyak
di seluruh kota disiapkan hiburan dan paket acara semarak
berkwintal-kwintal kembang api siap dihamburkan
bergalon-galon minuman keras laris dibagikan

Dan dandanan yang dijadikan trend perayaan ini
adalah pameran tubuh yang memberangus rasa malu
simbol-simbol ular yang mereka percayai
bentuk kemusyrikan yang mengancam aqidahmu

Khutbah singkat namun teramat padat
disampaikan dalam bahasa Arab yang memikat
memang tidak dapat kumengerti semua kata
tapi cahayanya terasa dalam menembus dada

Catatan hari ini yang paling mengharukan
tentang pertemuanku dengan Adam mahasiswa muslim Chad
dengan bahasa arab bercampur inggris kami berkenalan
ukhuwah terjalin di antara kami laksana saudara dekat

Malam itu kami bertandang ke kamarnya di Asrama dua
tempat Adam tinggal bersama muslim Sudan, Mustofa
mereka baru sebulan berada di Rastov Na Donu
keprihatinannya tertumpah kala aku datang bertamu

Rastov tak ramah terhadap kami yang berkulit hitam
apalagi muslim yang dianggapnya sumber kekacauan
mungkin di Moskow lebih baik kami berdiam
pun kuliah di sana lebih berkualitas juga aman

Aku hanya mengiringkan senyum dan menghiburnya
bahwa Rusia dimanapun tak jauh berbeda
saat ini trauma Chechnya melanda mereka
ketakutan pada Islam membuatnya curiga membabi buta

Kesabaran, tegar dan tawakkal adalah bekal yang harus dimiliki
perjuangan kita menebarkan rahmah insya Allah merubah opini
ketidaktahuan manusia memang menggelapkan hatinya
marilah kita datang dengan senyum dan persembahkan cahaya

Hari ketiga di sini kembali kususuri Rastov dengan jalan kaki
sepanjang Sadovaya melewati Paedagogiceski hingga Wakzal
dengan tramwai keramaian sentralni rinok kulewati
terbawa kantuk dan tertidur hingga cerevicni bulevar

Bangunan tua di kiri-kanan jalan Stanislavkawa
lambang keanggunan masa-masa Komunis berkuasa
patung Kirov, Lenin, Stalin, dan Gagarin di sudut kota
simbol penghormatan rakyat atas jasa mereka

Aku hanya tersenyum kecut memandang patung itu
mengingat kebiadaban di balik ideologi sosialis semu
berjuta kepala menunduk lesu mati membeku
masa-masa komunis, satu nyawa seharga peluru

Saat kembali sore hari ke tempat kusinggah
Rahman mengajakku bertandang ke asrama dua
terpampang berita berbahasa arab dengan kabar duka cita
ibu mahasiswi palestina berpulang ke hadhiratNya

Serta merta kami menuju lantai bawah
menghadiri jamuan makan adat takziah
nasi kebuli dan sop kefir khas arabia
memenuhi lambung kami tak menyisakan rongga

Bilal dan kawan-kawannya sesama arab
berinisiatif menyelenggarakan acara takziah itu
sholat magrib dan jenazah kemudian dihelat
ukhuwah terasa dari berbagai bangsa dan suku

Malam ini pula kami meluncur dengan taksi ke asrama empat
menemui Abdul Hafizh beserta teman-teman dari Srilanka
kuberharap dapatkan tempat untuk istirahat
kamar nomor 301 disediakan menginap sementara

Malam mencekam dalam asrama yang gelap dan pengap
koridor-koridor yang sepi, dinding penuh coretan grafiti
jendela tak berkaca, api dapur yang terus menyala
kisah-kisah pencurian membuatku tak dapat memejamkan mata

Di sini segalanya mengkhawatirkan
sering terjadi perkelahian, perzinahan dan perampokan
dalangnya sesama mahasiswa terutama dari Rusia Selatan
selalu saja Chechnya yang dijadikan kambing hitam

Aku sedikit terhibur tatkala bertamu ke lantai enam
bertemu dengan kerabat muslim sahabat Abdul Hafizh
Husein, Ajmal, dan Hasyim yang lekat kukenal
menjamuku dengan kebersamaan mereguk teh manis

Dan tatkala kantuk menyerang tak memberi ampun
beringsut kami pamit kembali ke kamar yang sepi
kehadiran seorang Libanon membuatku tertegun
kebiasaannya mondar mandir merisaukan hati

Saat pagi hari merekah di kisi jendela
dan tunai sujudku telah tertunai keharibaannya
Libanon kafir itu datang lagi di sini
menceracau dusta menawarkan keji

Kemuakkanku akhirnya tak tertahankan
tatkala dusta tertuju kepada Rasulullah menghinakan
bergegas kukemas barang dan pergi meninggalkan
izzahku bergolak, tanganku gemas melepas pukulan

Aku bertandang ke tempat sahabatku berada
mengungkapkan semua rasa dan gemuruh di dada
dan saranku mencari tempat tinggal segera kutegaskan
karena asramamu penuh bahaya mengkhawatirkan

Hari ini kami berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan
ke toko buku obyek pertama menjadi sasaran
setelahnya menikmati fast food di Mak Don Sadovaya
duplikasi Mc Donald dengan gaya Amerika

Kami menyusuri pereulok hingga ke Sentralni Rinok
Melewati Sobor yang terbesar di Rastov Na Donu
berbelanja daging mencari langganan muslim selatan
ternyata ia pulang kampung ke Azerbaijan sejak lebaran

Hatiku lirih melihat pedagang-pedagang yang rata-rata muslim
namun makanan haram dan subhat didagangkan seenaknya
alih-alih mereka melaksanakan sholat sebagai seorang alim
sungguh ironis rukun Islam yang lima masih sering lupa

Tatkala mentari meninggalkan bayangnya di ufuk barat
keriuhan malam tahun baru mulai terdengar dari arah plosyad
dan menjelang tengah malam saat pergantian hari ditentukan
letusan kembang api membuat langit malam bercahayakan

tafakkurku terlantun dalam tadah tangan pada-Mu
merenungi diri dan polah manusia di malam tahun baru
semoga terhindar dari maksiyat hina diriku
dan rahmat-Nya kan meliputi ketegaran langkahku

Kejap mata masih berat oleh rasa kantuk
saat fajar merah mulai nampak dan pagi meruyak
rencana hari ini ringkas kutuliskan di dasar lubuk
menyusuri Rastov dari Utara hingga pelosok barat

Bubur dan nasi kuning sebagai sarapan pagi kali ini
dan seperti kemarin aku pergi berjalan sendiri
trambai yang merambat hingga Worosilovski
seakan enggan membawaku pergi hari ini

Ada kemalasan menetas di pusat fikirku
bukan karena kelelahan pun bukan rasa ragu
entah mengapa kehampaan tiba-tiba membuatku enggan
dan angin yang menyapaku segera pergi tanpa kesan

Benakku dipenuhi keprihatinan dan ironi
kisah-kisah perjuangan rekan mahasiswa muslim di sini
melawan kezaliman masyarakat Rusia setempat
dan hawa nafsu murahan yang mengajaknya maksiyat

Pernah suatu kali aku diceritakan kisah duka
bahwa pernah dibentuk jamaah sholat di asrama mereka
hingga terbentuk pengajian dan kursus bahasa arab
bahkan perpustakaan yang selalu bertambah peminat

Berjalan mulus hingga tiga bulan berselang
menjaring muslim Rusia ke dalam kesadaran
untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak
pengajian dibubarkan dituduh sarang pemberontak

Agen rahasia Rusia FSB tangan panjang tirani
mencari alasan pemberangusan Islam di negeri ini
perang Chechnya yang membuang nyawa beribu tentara
membuat gerakan Islam difitnah membabi buta

Lamunanku membuyar tatkala tralibus tiba di taman Vavinova
sejenak menyaksikan burung-burung riang di pucuk cemara
tak lama kuputuskan kembali ke arah kota
karena tak ada yang menarik kulihat di Rastov utara

Sebenarnya aku amat ingin mengunjungi Zoopark
Tetapi avtobus yang kutunggu tak juga nampak
kuberanjak jalan kaki hingga universitas teknik
dan berfoto di depan Gagarin dengan gaya eksentrik

Lantas dengan tramwai dibawanya aku ke arah barat
menyeberang jembatan yang sedang rusak berat
terus menyusuri jalan yang berlumpur dengan berjalan kaki
melalui ulitsa Sobino hingga taman Perovskoi

Hari libur tahun baru yang sepi
hanya sekelompok manusia yang sedang asyik bernyanyi
nadanya tak beraturan, iramanya menusuk telinga
itulah jadinya jika bernyanyi sambil menenggak vodka

Ada lagi sekelompok ABG yang tertawa bersahut bercekikikan
saling bergaya di depan lensa kamera pocket masing-masing
pose dan candanya terkadang amat berlebihan
peluk, cium, menggerayang yang mengharuskanku segera berpaling

Perjalananku di Rastov Na Donu esok harinya
berlanjut ke sebuah kota pelabuhan kecil, Taganrog Namanya
kota tempat penulis Chekov dilahirkan
suasana desa amat lekat kurasakan

Perjalanan kereta ke sana memakan waktu 2 jam
namun ongkos yang dibayarkan cukup 15 rubel saja
pemandangan padang sabana, hutan, dan laut hitam
membawa lamunan kepada keindahan Indonesia

Kerinduanku pada kerindangan hutan menghijau asri
tak terbayar oleh meranggasnya eyk, cemara, dan tusam
juga hangatnya lautan dengan terumbu karang warna warni
tak ditemukan dalam kabut dingin dan dasaran pasir laut hitam

Sungguh Indonesiaku tak terbandingkan subur dan kayanya
indah menakjubkan dari ujung gunung hingga dasar lautnya
entah mengapa rakyatnya menderita dan terhina
terkoyak dalam sengketa mangsa mancanegara

Aku tersadar dari mimpi tentang negri gemah ripah loh jenawi
saat kereta sampai di stasiun tua Taganrog sore hari
kabut putih tipis menyambut lembut tanpa basa basi
sementara kebingungungan mulai merayap di hati

OK! yang penting aku cari dahulu penginapan
masalah agendaku di sini nantilah bisa kupikirkan
dan tramwai yang lewat membawaku serta ke pelosok
dengan taksi gelisahku berakhir di hotel Taganrog

Kota kecil dengan penduduk kurang dari 200.000 jiwa
sebanding dengan kota Merak di ujung barat Jawa
Kesederhanaan kehidupan kota yang tertib dan tenang
mengingatkanku saat berlibur menemui nenek di Malang

Pagi hari saat kabut masih menutup menara di seberang jalan
aku beranjak berkeliling kota menyusur jalan utama Jerzinskawa
melihat-lihat aktivitas kota dan mencari tempat penukaran uang
karena rubelku habis kecuali recehan saja

Bank-bank masih tutup karena libur tahun baru
kekhawatiranku menjelma menjadi kepanikan tak menentu
rubelku tidak cukup untuk membayar sewa kamar dua malam
sementara dollar yang kumiliki tak dapat dijadikan pembayaran

Untung saja seperti halnya kota-kota lain di Rusia
money changer gelap bertebaran di sudut-sudut jalan
dengan tas kecil seperti layaknya tukang kredit Indonesia
ramah menjajakan bantuan jasa penukaran uang

Siang ini setelah menunaikan pembayaran hotel
kutetapkan menyusuri jalan hingga garis pantai selatan
berganti bus dua kali, berjalan kaki, menenteng tustel
kabut memaksaku kembali sebelum tiba di pantai tujuan

Di pusat kota sepanjang ulitsa Petrovka
berjajar gedung-gedung antik dan toko serba ada
ruas jalan yang lurus sedikit berkelok
ukurannya lebih tepat jika disebut pereulok

Kemudian jalan utama kota ini bernama Lenina
pendiri sovyet dengan komunis diktator proletariatnya
taman, universitas, dan gedung pemerintahan yang berdiri di situ
menggunakan nama besar Bapak Komunis Rusia itu

Taman kota Lenin Taganrog lebih kecil dari VDNH
tempat melepas lelah dan mencari hiburan sederhana
sebuah taman kanak-kanak sedang menggelar acara
memperingati tahun baru dengan panggung gembira

Saat gelap malam turun menyelimuti bumi
langkahku tiba di hotel kamar 519 kembali
roti, susu, dan sekaleng jagung yang kubeli
cukuplah dijadikan pengganjal perut pengganti nasi

Dan tafakkurku kulanjutkan dalam bait-bait puisi
yang kan kupersembahkan kepada sahabat-sahabat sejati
bahwa di negeri yang dingin tak terperi
cahaya islam menyemburat menantang uji

Teringat suatu waktu di Asrama Rahman dahulu
saat Kashmir bergolak menuntut pemuda bertindak
gemanya menggetarkan mahasiswa pakistan berseteru
perkelahian massal dengan mahasiswa India pun tak terelak

Dan buntut kisah adalah tragedi
pencekalan saudara-saudara Pakistan dan skors beberapa hari
lantas mereka dipindahkan tinggal di lain asrama
yang kondisinya lebih buruk daripada dom Rusia

Hari ketiga di Taganrog kujelang dengan rasa enggan
berkeliling kota tak ada yang membuatku berkesan
dan saat mentari di atas kepala sayup terasa menghangatkan
kesibukanku sekedar berbelanja mencari buah tangan

Begitupun ketika kereta bergerak meninggalkan kota ini
tak ada rasa kehilangan apatah lagi ingin kembali
karena kabut tipis dan angin dingin yang terbang menjauh
telah membawa pergi kenangan menyisakan jenuh

Ada rasa bersalah yang menjadi penyebab itu semua
aku pergi 3 hari tanpa pamit pun meninggalkan berita
Rahman dan Abdul Hafizh di Asrama cemas tak terkira
hampir saja kepada polisi kehilanganku diadukannya

Maafku segera berantai memohonkan pengertian
tatkala tiba di Rastov dan melihatnya panik bukan buatan
tak ada maksud menyusahkan dan membuat kalian seperti ini
selain akibat hasrat pengembaraanku yang sering tak terkendali

Siang hari pukul 14.00 setelah makan siang
Sharleen berkenan mengantarku ke tempat penyewaan internet
kabar gembira dari saudara-saudaraku Izzatul Islam
telah menyelesaikan album dan meluncurkan kaset

Dan malam ini bagiku membawa kesan mengental
saat makan malam di flat Gulam, Adnan, Hasan, dan Faisal
mereka mahasiswa Pakistan yang memasuki tahun terakhir perkuliahan
ukhuwah disajikan teramat manis tak pernah kulupakan

Ghulam mengatakan datar dan senyum yang tak pernah lepas tersungging
bahwa hidup di negeri kafir Rusia laksana penjara bagi orang asing
seberat apapun beban perasaan dalam berjuang berdakwah di sini
adalah ujian keimanan yang membentuk mukmin nastayasyi

Ketika kami tengah menikmati hidangan makan malam bersama
seorang mahasiswa Palestina datang menjela
serta merta ia diajak turut menikmati hidangan di meja
dan pembicaraan kami meluas tentang suasana negeri kita

Aku katakan tentang solidaritas muslim Indonesia
bahwa zionis Israel harus hengkang dari bumi Palestina
ia terharu saat kusyairkan Nasyid Labbaik intifadhah
doa kami terpanjat semoga terkabul insya Allah

Di hari terakhirku berada di Rastov Na Donu
kucermati kampus tua tempat belajar sahabatku
perpustakaan, laboratorium, dan ruang kuliah tingkat satu
menambah pengalaman dan pengetahuan ilmu biologiku

Tatkala mengiring Rahman ke ruang ujian di gedung anatomia
aku berkenalan dengan beberapa gadis Chechnya Ingusetia
hanya Zura gadis Ingusetia yang kuingat namanya
amat pendiam dan menyimpan misteri tentang negrinya

Siang hari menjelang keberangkatanku pulang
sendiri kuberjalan membeli oleh-oleh dan perbekalan
dan saat kepada Abdul Hafizh aku pamit kembali ke Moskwa
sebuah jepit dasi emas kepadaku dipersembahkannya

Ukhuwah teramat indah
tak dapat dilukiskan dengan kata
keakraban yang kami bina
melebihi keinginan kami bertukar nyawa...

Hasbunallah wa nikmal wakiil
Nikmal maula wa nikmannashiir
Wabillahittaufiq wal hidayah
Wassalamu alikum wr. wb.

Rostov Na Donu, 3 Januari 2001
Ahmad Marzuki
Guru Sekolah Indonesia Moskow
Novokuznetskaya Ulitsa 12
MOSKOW, FEDERASI RUSIA
Telp. 7-495-9519549/9519550

1 comment:

Marzuki said...

Biar bacanya konsentrasi ke tulisan :)